Puji dan syukur hanya kepada Allah Subhanahu wa ta‘ala, semoga kita selalu diberikan curahan rahmat dan inayah-Nya serta kesabaran dalam menapaki jalan dakwah yang begitu panjang dan penuh dengan berbagai rintangan dan hambatan, hanya ridha-Nya yang senantiasa kita harapkan selama kita juga ridha dengan kewajiban dakwah ini, tulus ikhlas dalam menjalankannya, senang serta semangat yang berbekal ilmu dalam melaksanakan tugas-tugas yang kita emban. Amiiin.
Sholawat serta salam mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta‘ala limpahkan kepada Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam kepada para sahabat beliau Shalallohu ‘alaihi wa salam yang sudah membuktikan keimanan mereka berupa keteladanan yang baik bagi kita sebagai umat akhir jaman. Kita memohon kepada Allah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta‘ala memudahkan diri-diri kita untuk mengikuti jejak atau langkah generasi terbaik (Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam dan para sahabat beliau), karena beruntunglah siapapun diri yang mengikuti langkah mulia mereka (Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam dan para sahabat beliau) dan sangat rugi bagi siapapun yang menentang atau menyelisihiniya.
Ana teringat sebuah peristiwa yang terjadi pada awal ana kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung….(bukan promosi ya…^_^). Kita semua tau kan, yang namanya Maba (Mahasiswa Baru) pastinya banyak yang ngerasain bagaimana rasanya ikut acara yang disebut OSPEK.
Meskipun katanya OSPEK acara wajib tahunan ini warisan dari Orde Baru tapi ternyata para “Pendobrak Orde Baru” pun masih memegang kuat “Warisan nenek moyang” yang penuh dengan “Bumbu Jahiliyah” yang didalamnya berisi “kisah pembantaian atawa penyiksaan” lahir dan juga batin terhadap Maba, bagaikan terulangnya sejarah penindasan para penjajah, dikemas dengan judul “Pengenalan Mahasiswa Baru Terhadap Dunia Kampus”. Oke juga kan ?!, maklum mahasiswa dah para pinter, jadi kedzholiman pun dikemas dengan kemasan kebaikan yang seakan penuh dengan manfaat.
Ya itulah gaya-gaya setan turunan iblis yang di tiru setan dari kalangan manusia jaman sekarang, sesuatu yang batil dikemas sedemikian rupa agar dinilai menjadi sesuatu yang haq. Naudzubillah
Ada sebuah “peraturan” yang tidak tertulis yang telah diwariskan secara turun temurun, yang dibuat oleh para Mahasiswa senior (ga semua sih…mahasiswa yang sholeh dan sholehah ga akan setuju dengan aturan ini, bahkan ga akan ikutan Ospek..^_^ Peace), Peraturan ini tidak jauh berbeda alias mirip dengan “peraturan-peraturan” yang dibuat olah raja-raja atau pemimpin diktator yang merasa seperti “Tuhan”.
Mereka merasa berhak menentukan apapun, bukan hanya sekendak perut, tapi juga mungkin sekehendak kentutnya sendiri (saking jeleknya….^_^) dan dirinya merasa bebas melakukan apapun yang dia sukai, dan tidak ada seorangpun yang berhak melarang,mengatur dan menyalahkan. Dialah (para raja) hukum dan aturan itu sendiri. Dialah (para raja) kebenaran dan dialah yang menentukan seseorang itu salah atau benar. Mantep bukan ???, mirip Firaun CS ^_^. …..yang ngerasa pernah kayak gini buruan tobat deh biar ga dituntut sama Maba-Maba yang pernah antum dzholimi nanti di akherat sana ……astagfirullahal ‘adzhim.
Sekedar untuk mengingatkan bahwa aturan yang dibuat para mahasiswa senior ini ada 2 pasal yaitu (kuang lebih seperti ini) :
Pasal 1
Senior tidak pernah salah
Pasal 2
Jika senior salah maka kembali ke pasal satu
(Seingat ana redaksinya seperti ini, tapi kalopun salah….ya biarlah, wong hukum buatan wong gendeng kok..he he he)
Saudaraku yang sangat ana cintai karena Allah, Allah Subhanahu wa ta‘ala telah memberikan kepercayaan kepada kita sebagai seorang muslim siapapun dan dimanapun dia untuk meneruskan, memperjuangkan dan menegakan risalah para nabi, khususnya misi dan ajaran Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa salam.
Risalah beliau shalallohu ‘alaihi wa salam adalah risalah yang mulia, mengangkat manusia dari penindasan terhadap sesama, mengangkat manusia dari derajat hewani kepada derajat yang semestinya, yaitu derajat manusia yang mulia karena saling memuliakan, bukan derajat yang rendah dan hina karena saling merendahkan dan menghinakan naudzubillah.
Risalah Rasulullah shalallohu ‘alaihi wa salam adalah risalah yang penuh dengan kasih sayang. Risalah yang menjunjung tinggi keadilan, keadilan yang sesuai dengan fitrah. Bukan keadilan yang sembrono yang ditimbang dengan akal satu atau dua orang yang merasa lebih mulia, lebih berilmu, lebih sepuh atau lebih berpengalaman, sama sekali tidak !!.
Keadilan dalam risalah Islam ini adalah keadilan yang menempatkan siapapun sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai hamba, sebagai manusia sebagai seorang yang merupakan bagian dari masyarakat atau lembaga yang katanya sangat membutuhkan sebuah pola hidup yang adil, meski ternyata keadilan ini ternyata sangat sulit direalisasikan atau bahkan sulit sekali ditegakan meski sekedar di dalam hati kita, kecuali hati yang ikhlas dan mengharapkan ridho Allah karena takut berbuat dzholim akibat dari hawa nafsu dan akalnya yang pendek lagi busuk. Naudzubillah.
Saudaraku yang sangat ana cintai, sungguh bahwa Allah Subhanahu wa ta‘ala telah memberikan anugerah yang RUAARR BIASA kepada kita. Allah Subhanahu wa ta‘ala telah memberikan kita sebuah penghargaan yang sangat mulia. Taukah itu wahai saudaraku yang sangat aku cintai ?? Yaitu Allah Subhanahu wa ta‘ala telah mentakdirkan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang berjejer dalam shaff-shaff yang rapi menjadi sebuah barisan da’wah yang kokoh, bergandengan tangan (maksudnya bukan ikhwan sama akhwat ya….^_^) dalam sebuah aktifitas da’wah yang Insya Allah penuh kebaikan dan keberkahan ini. Lalu bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim dengan diberikan kesempatan dan anugerah terindah ini ?.
Saudaraku yang kucintai, sudah sepantasnya bahwa wajib kita bersyukur akan anugerah dan takdir yang sangat mulai ini. kita harus mempunyai respon yang positif terhadap takdir yang didalamnya terdapat tugas dan amanat yang mulia ini, tugas dan amanah mengemban da’wah, meneruskan perjuangan para Nabi dan para sahabat yang mulia. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta‘ala meridhoi mereka. amiin
Saudaraku yang kucintai, Insya Allah jika kita bersyukur akan anugerah ini dan menjalankan amanah ini dengan benar, Insya Allah hasil dan dampaknya terhadap diri kita tak akan sia-sia dan tidak akan pernah di sia-siakan oleh Allah Subhanahu wa ta‘ala, bahkan kemuliaan dunia akhirat akan diberikan sesuai dengan janji Allah Subhanahu wa ta‘ala :
Sesungguhnya yang berikrar Robb kami adalah Allah, kemudian beristiqamah, niscaya para Malaikat turun (membawa berita), jangan kalian merasa takut dan sedih, bergembiralah dengan syurga yang dijanjikan. Kami adalah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat kelak, di sana bagi kalian apa yang diinginkan dan yang diminta. Yang diturunkan dari Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang berdakwah ke jalan Allah dan beramal shalih serta berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (Q.S. Fushilat:30-33)
Saudaraku yang sangat aku cintai, ingatlah penghargaan sekaligus amanah dari Allah Subhanahu wa ta‘ala terhadap kita tersebut bukan untuk dibanggakan, lalu merasa tinggi hati, apalagi ujub bin takabur terhadap diri dan menyombongkan diri dengan meremehkan orang lain yang belum tentu lebih rendah daripada kita, semua itu perbuatan terlarang alias haram, bahkan tidak pantas rasanya seorang yang diberikan kemuliaan sebagai dai atau da’iyah atau dikenal sebagai aktifis da’wah atau pembela Islam mempunyai sifat atau melakukan perbuatan sombong bin takabur tersebut. Apalagi kalo sampe lupa diri seperti merasa harus di utamakan, di-nomersatukan atau bahkan bisa jadi lama-lama penyakitnya bertambah kritis, yaitu sampe jadi orang yang gak mau disalahkan ketika memang salah, ga mau dinsehati ketika memang perlu di nasehati karena mungkin melakukan sebuah kekeliruan yang tidak disadarinya atau gak mau dianggap ga tahu apa-apa, merasa paling berjasa, berilmu…… Masya Allah…..jangan deh….nih tanda-tanda penyakit hati yang sudah sangat kronis….naudzubillahimindzalik.
Lebih dari pada itu, sikap dan perilaku sombong, serta merasa tinggi hati bisa merusak hubungan atau ukhuwah yang kita jalin dengan saudara seperjuangan yang lain, ini sudah banyak buktinya lho….perpecahan dalam “jajaran” da’wah karena kesombongan atau takaburnya seseorang karena merasa lebih berilmu, lebih pantas, lebih ini dan lebih itu….akhirnya teman-teman seperjuangan pada “ga nyaman” deket-deket sama orang tersebut…akhirnya…ya gitu deh………yang ada hanya perpisahan yang meninggalkan kenangan yang ga indah, padahal seharusnya hal seperti ini ga terjadi di kalangan aktivis da’wah yang katanya seperti satu tubuh……
Bayangkan saja saudaraku yang sangat ku cintai karena Allah !!, Jika manusia saling merendahkan dan meremehkan yang satu dengan yang lainnya karena dirinya merasa ini dan merasa itu sedangkan orang lain hanyalah segini dan hanya segitu….. ujung-ujungnya pasti timbul sikap tidak saling hormat-menghormati, tidak ada saling menghargai dan surutnya kewibawaan, hancurnya kepercayaan terhadap sesama “pejuang”, dan akhir-akhirnya nih jangan heran kalo muncul tindak-tanduk (emang kebo bertanduk…^_^) yang sangat tidak sesuai dengan akhlaq dan etika di kalangan sesama pengemban da’wah…klo dah gini udah deh repot….
Gimana da’wah kita mau berhasil…wong kitanya juga saling sikut nyari posisi paling aman dan malah disibukan dengan perasaan khawatir posisi kita “di embat“ orang lain, akhirnya kita malah sibuk dengan merendahkan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain….jangan sampe kejadian kayak gini deh……padahal jalan da’wah sangat luas terbentang…dan mesti kita ingat kepentingan da’wah bukan untuk kita pribadi dan bukan untuk mencari posisi apalagi mencari istri lagi dan bukan juga untuk mencari sesuap nasi…..tapi semata-mata hanya dan selalu untuk mengejar Ridho Ilahi…..Insya Allah….amiin (kok mirip pantun ya…ujungnya huruf –i semua..^_^).
Lalu pertanyaannya adalah…..Apa sih gerangan yang membuat seseorang menjadi sombong bin takabur, merasa paling tinggi (awas teralu tinggi kejeduk langit..^_^), merasa lebih hebat dari orang lain bagaikan sang pahlawan kebenaran yang tiada terkalahkan, pokoknya dirinyalah yang merasa paling wah…dan orang lain cuma weeeeeh???.
Apakah dikarenakan Ilmu yang dimilikinya??, Kalo bener kayak gitu seharusnya ga ada yang harus dibanggakan dari ilmu yang kita miliki. Kita kan sudah faham sobat, bahwa Ilmu itu pada hakikatnya milik Allah Subhanahu wa ta‘ala, Allah Subhanahu wa ta‘ala mengajarkan kepada semua hamba-Nya. Dan ilmu yang Allah Subhanahu wa ta‘ala berikan kepada kita sangat…sangat….dan sangat…sedikit dari ilmu-Nya yang Maha Luas, bahkan kalo kita sadari justru ilmu yang kita miliki itulah yang seharusnya memberikan rasa takut kepada Allah.
Allah Subhanahu wa ta ‘ala berfirman :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para ulama”. (Fathir : 28)
Wahai Saudaraku yang aku cintai, mungkin seseorang bangga dan merasa tinggi hati karena amal-amal dan aktivitas ibadahnya atau jasanya yang begitu banyaknya ??? (nah ini yang sering terjadi kayaknya…duh bahaya…).
Padahal klo kita fikir dan sebenernya kita sudah fahami bersama, bukankah seharusnya seseorang yang semakin tinggi keimanan dan ketaqwaannya, seharusnya ia semakin merendahkan hatinya, baik ke hadirat Allah Subhanahu wa ta‘ala, maupun kepada manusia (Adzillatin ‘alal Mu’minin a’izzatin ‘alal kafirin), rendah hati di hadapan orang beriman dan tegas di hadapan orang kafir.
Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa salam saja sebagai khoiru khalqillah (sebaik-baik makhluk Allah) dan orang yang paling taqwa dari umatnya, masih dipesankan untuk merendahkan hatinya kepada kaum muslim yang hidup semasa dengan beliau Shalallohu ‘alaihi wa salam. Allah Subhanahu wa ta‘ala dalam firman-Nya:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِي
“Rendahkanlah hatimu kepada pengikutmu orang-orang mukminin (QS asy-Syu’ara: 215).
Subhanallah yaa ikhwah, seorang Nabi gitu loh….seorang Rasul Allah…..seorang pemimpin Para Nabi yaitu Rasulullah shalallohu ‘alaihi wa salam saja diperintahkan untuk merendahkan hatinya terhadap orang-orang mukmin. Lha wong kita sopo mas…?? Mba ?? duh….gimana ya klo ada orang yang sudah merasa paling berjasa dan berilmu, merasa lebih dulu aktif dan lebih senior pokoke paling tinggi gitu loh…..hmm….harus banyak istighfar dan banyak baca siroh nabawi yang isinya banyak kisah tentang ke-tawadhu-an Beliau shalallohu ‘alaihi wa salam..…biar amalan hati dikuatkan dengan pemahaman yang benar…..bener ga sobat ??.....ana juga harus rajin kayaknya…dah mulai sombong juga….astagfirullahal’adzhim…
Hati-hati saudaraku yang Allah muliakan, jika kita atau siapapun kita merasa lebih banyak amalnya, merasa lebih banyak ilmunya, padahal biasanya ternyata ini cuma perasaan dirinya sendiri saja…kenyatannya sering ga gitu…malah paling sedikit amal baiknya dan paling jahil…buktinya kalo iya ilmunya banyak, kan harusnya ga akan jadi orang sombong…he he he peace ^_^....,atau bahkan merasa lebih tinggi kedudukannya di dalam aktivitas dakwah, karena lebih dulu berjuang (pantes aja wong lahir duluan daripada ane…he he he..^_^), justru semua itu akan membuat dirinya lebih hina, rendah, jatuh dan tersungkur plus bonus special yaitu tertimpa musibah karena akan memposisikan dirinya menjadi hamba yang sangat dan teramat buruk dalam pandangan Allah Subhanahu wa ta‘ala, karena sudah takabur dan sombong. Naudzubillaahimindzalik.
Saudaraku yang ana cintai mari, mari kita renungkan dengan hati kita pesan-pesan teladan kita Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa salam:
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُم
“Jika kamu mendengar seseorang berkata “ semua orang rusak” , maka dialah orang yang paling rusak”. (HR Muslim)
حَسْبُ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِم
“Cukuplah keburukan seseorang, karena ia menghina saudaranya sesama muslim.” (HR Muslim).
Adakah hati kita yang keras, sombong, takabur tersentuh oleh lembutnya dan sejuknya pesan Rasulullah shalallohu ‘alaihi wa salam di atas ??? atau ga ngerti…??? Lha katanya banyak ilmunya..?? piye sih mas….mba ^_^….??.
Mari Renungkan kisah Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa salam tentang 2 orang yang bertikai lantaran saling berbangga dengan kehormatan keluarga besar dan keturunannya. Yang satu berkata kepada kawannya, ” Tahukah kamu siapa aku, aku ini adalah anak keturunan si Fulan, sedangkan kamu seorang anak yang tak punya ibu!” Lalu Nabi Shalallohu ‘alaihi wa salam mengingatkan seraya bersabda; ” Ada 2 orang yang saling berbangga dengan keturunannya di hadapan Nabi Musa ‘Alaihi Salam. Salah seorang mereka berkata; “Aku adalah anak keturunan si Fulan bin Fulan ”, ia sebutkan sampai 9 keturunan. Kemudian Allah Subhanahu wa ta‘ala mewahyukan kepada Nabi Musa, “ Katakanlah wahai Musa kepada orang yang berbangga tersebut, 9 keturunanmu itu adalah ahli neraka dan engkau yang kesepuluhnya.” (Riwayat Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid al-Musnad dengan sanad yang sahih, dan Imam meriwayatkannya mauquf pada Muadz dengan kisah Musa saja).
Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa salam juga mengingatkan kita dalam sebuah hadits :
“Seorang yang berbangga dengan keturunannya, sungguh ia menjadi arang api neraka, atau lebih rendah dari hewan yang bermain-main di kotoran sampah” (HR Abu Daud dan Tirmidzi, beliau meng-hasan-kan hadits ini).
Ingat saudaraku da’wah kita adalah da’wah yang berpijak kepada manhaj Salafussholeh yang menuntut kita untuk meneladani pendahulu kita yang shalih dalam sifat rendah hati mereka, meskipun bertapa banyak manusia sombong yang terikat asshobiyah menentang da’wah mubarrokah ini dari dulu hingga saat ini, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta‘ala selalu meng-istiqomahkan kita di atas manhaj yang haq ini amiin.
Saudaraku yang mengharapkan ridho Allah, kita harus meneladani akhlaq para ulama salaf, dimana mereka ga ada yang merasa lebih super, lebik oke atau merasa lebih hebat betapapun tinggi ilmu yang mereka miliki, bahkan ilmu kita dengan para ulama bagaikan langit dan sumur bor….jauuuh sekali tapi subhanallah, mereka sangat rendah hati, dan mereka tidak merasa lebih senior atau bahkan merasa paling berjasa, meskipun kita katahui bersama bahwa mereka (para ulama salaf) telah lebih dahulu berbuat dalam da’wah dengan mengukir sejarah perjuangan dengan tinta keringat dan darah dalam membina umat, membela aqidah yang benar, menegakan sunnah dan aktivitas jihad mereka lebih banyak….lalu…dimanakah posisi kita jika dibandingkan dengan ulama –ulama salaf tersebut…???.
Kita ini bukan apa-apa eh malah sombong bin takabur…., ilmu dikit plus amal yang ga ikhlas dan rusak..!!...trus malah berbangga diri dan sibuk memuji diri…pokoknya narsis abis deh nih orang…kasian kan ?!!.
Astagfirullah…mudah-mudahan kita diberikan rasa malu yang bermanfaat oleh Allah….malu yang berdasarkan ilmu, malu akan diri kita yang sangat tidak tau diri ini…….taukah antum mengapa para ulama tetap rendah hati ya ikhwah..?? karena yang mereka harapkan bukan posisi di hadapan manusia yang rapuh dan mudah hancur, tapi posisi yang mereka inginkan adalah posisi yang kuat dan teguh di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala, mereka tidak mengejar keuntungan duniawi yang sempit lagi hina yang di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala semua itu tidak lebih berharga daripada bangkai seekor rusa atau tidak lebih berharga dari selembar sayap nyamuk, tapi para ulama Salaf memilih dan mencari keuntungan di akhirat yang mulia lagi kekal….mudah-mudahan langkah ulama-ulama salaf ini mampu kita tiru, dan cukuplah Allah sebagai penolong kita. Amiin.
Saudaraku yang aku cintai…lihatlah…lihatlah keteladanan Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wa salam. kepada umatnya dalam sikap tawadhu’, sebagaimana berita yang diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata,
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمْ يَكُنْ شَخْصٌ أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَكَانُوا إِذَا رَأَوْهُ لَمْ يَقُومُوا لِمَا يَعْلَمُونَ مِنْ كَرَاهِيَتِهِ
“Meskipun (kita tahu) bahwa para sahabat adalah orang yang paling cinta kepada Rasulullah, namun mereka tidak pernah berdiri menyambut kedatangan Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam, karena mereka tahu bahwa hal itu tidak disenangi Nabi Shalallohu ‘alaihi wa salam” (HR Tirmidzi, hadits hasan).
Dan lihatlah diri kita….”pangkat” yang ada di bahu kita hanya dosa dan fitnah, dan kitapun belum berbuat banyak…..(meski sudah merasa berbuat paling banyak)…duhai diri yang rindu dipuji, duhai diri yang mencintai dunia…..lihatlah Rasulullah shalallohu ‘alaihi wa salam teladan kita……adakah kalian faham yaa ikhwah…??.
Saudaraku kita tahu Abdur-Rahman bin Auf yang sangat disegani dan dihormati di kalangan kaumnya. Namun kepiawaian dan kesenioran beliau tidak membuat dirinya tinggi hati sampai kepada pelayannya sekalipun, hal itu dikisahkan oleh sahabat Abu Darda’, “…..Abdur-Rahman bin Auf sulit dibedakan dengan pelayannya, karena tidak nampak perbedaan mereka dalam bentuk lahiriyahnya”. ….Subhanallah….
Duduk sama rendah berdiri sama tinggi, kira-kira peribahasa itulah yang sering digunakan, tapi sering juga di ingkari……
Seorang ulama besar seperti Imam Hasan Basri dalam ilmu agama tidak memperdayakan dirinya menjadi seorang yang ‘sok’ atau merasa lebih hebat di hadapan teman-temannya.
Dikisahkan suatu saat Hasan Basri berjalan dengan beberapa orang, orang-orang itu berjalan pada posisi di belakang Hasan Basri, maka Hasan Bashri pun mencegah mereka (melakukan itu), seraya berkata, “Tidak benar hal ini dilakukan setiap hamba Allah?”. ….Masya Allah…dan kita disibukan membusungkan dada kita karena sombong dengan segala kehinaan kita….naudzubillahimindzalik.
Kisah yang bisa jadi teladan kita ambil dari cerita seorang tabi’in seperti Abu Sofyan ats-Tsauri ternyata juga benar-benar teruji sifat tawadhunya. Saat beliau berkunjung ke Ramallah (di Palestina), Ibrahim bin Ad-ham mengutus seseorang kepada Sofyan untuk meminta agar ia datang bersinggah ke rumahnya, seraya berkata, “ Wahai Sofyan kemarilah untuk berbincang-bincang” . Sofyan pun mendatangi Adham. Ketika Adham ditegur seseorang “Mengapa kamu berbuat demikian”. Adham menjawab “Saya ingin menguji ke-tawadhu’- annya”.
Saudaraku yang aku cintai, ingatlah jabatan, kedudukan, ilmu, usia dan senioritas tidak layak dijadikan alasan untuk berbangga diri apalagi membusungkan dada “akulah orang besar”, akulah yang telah berbuat ini dan itu…akulah yang pertama kali berbuat ini dan itu…akulah…akulah….(aku seorang kapiten kali ya.…he he ^_^)!!!.
Demi Allah….Jasa atau amal yang kita banggkan, kedudukan dan jabatan yang kita kejar, yang kita rebutkan, yang kita iri hati karenanya, yang kita mengharapkan agar orang lain turun darinya dan kita menggantikannya…..semua itu bisa menjadi fitnah bagi kita, bahkan menjadi “sarana” dibenamkannya kita kedalam neraka Allah…naduzubillah…lalu apa yang kita kejar saudaraku..?? dan apa yang kita takutkan selain siksa Allah ??.
Dikisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz RA kedatangan seorang tamu saat ia sedang menulis, saat lampu padam karena terjatuh, sang tamu pun berkata: “Biarkan aku ambil lampu itu untuk aku perbaiki”!, lalu Umar Sang Khalifah berkata: “Tidak mulia seseorang yang menjadikan tamunya sebagai pelayan”. Tamu itu berkata lagi, “Atau saya minta bantuan anak-anak”. Umar Amirul Mukminin berkata: “Mereka baru saja tidur (jangan ganggu mereka)”. Kemudian Sang Khalifah pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil lampu itu dan memperbaikinya sendiri. Tamu itu terheran-heran seraya berseru, “Wahai Amiril Mukminin, engkau melakukannya itu sendiri? Amiril Mukminin berkata, “Saat saya pergi saya adalah Umar, saat saya kembali pun saya adalah Umar, tidak kurang sedikit pun dari saya sebagai Umar.
Sebaik-baik manusia adalah yang tawadhu di sisi Allah Subhanahu wa ta‘ala”. Subhanallah……
Saudaraku yang mengharapkan wajah Allah……Orang-orang yang berhimpun dalam mahabbah dan keridhaan Allah sejatinya mengenyahkan sifat sombong, sok’ ini dan sok itu’, senioritas yang negative apalagi merasa paling berjasa dalam da’wah, dalam sebuah lembaga atau keluarga, dalam apapun yang membuat kita merasa hebat !!!.
Apalagi ujung-ujungnya hal-hal di atas jadi modal untuk membuat peraturan yang tidak adil, peraturan yang memberatkan sebelah pihak (biasanya yang lebih muda jadi korban…he he he sabar yaaa….^_^), dan menguntungkan pihak lainnya. Ana kira dalam sebuah lembaga da’wah hal ini sangat tidak pantas terjadi, karena toh sebenernya amanah da’wah ini ga melihat dia senior atau junior, yang ada adalah sejauh mana kita bisa melakukan sesuatu hal yang berguna dalam da’wah ini dengan niat mencari Ridho Allah Subhanahu wa ta’ala.
Apalagi kalo yang tua kompakan dengan yang muda….wah indah ya…..subhanallah, mudah-mudahan hal ini bukan hanya ada dalam mimpi dan sinetron saja…he he he…Amiin.
Yang heran adalah kadang terjadi saling mengandalkan tapi seperti istidraj alias nyungkun dalam da’wah. Yang tua menuntut yang muda, yang muda mau berjuang “khawatir” danggap melangkahi yang tua. Duh repot deh klo punya prinsip dan mental organisasi kayak gini…padahal yang tua dan yang muda bisa saling melengkapi dengan kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri masing-masing. Toh ana sangat yakin, ga akan sampe hilang kewibawaan dan kehormatan kalo yang tua kompak dengan yang muda, dan yang muda pun ga usah ngerasa terkekang atau “di atur” klo toh diberi “wejangan” dan arahan yang baik dari senior kita yang sudah jelas mereka sudah punya banyak pengalaman alam hidup ini, meskipun pengalaman manusia tidak bisa dijadikan sebagai standar tolok keberhasilan dan kebenaran, karena jaman semakin hari semakin berubah dengan cepat dan akal manusia se-senior atau sebanyak apapun pengalaman seseorang tetap saja tidak bisa dijadikan alat untuk menentukan dan mengukur kebenaran bener kan ?? meskipun kita sadari dan harus mengakui pengalaman yang diberikan oleh senior kita itu sangat bermanfaat sebagai “referensi” untuk kita dalam meningkatkan kinerja dan prestasi kita….setuju kan ??.
Dan kita harus ingat saudaraku yang ana cintai….kekompakan ini….kerjasama ini….semua ini untuk kebaikan kita dan kemenangan da’wah ini….bukankah begitu ???.....inilah saling memberi dan menerima dalam da’wah….duh indah euy kalo kompak kayak gini….minimal mendekati kayak gini dah lumayan deh …^_^.
Seperti halnya istri muda dan istri tua saling melengkapi dalam indahnya keluarga poligami…(loh kok jadi ke poligami ??? nyambung ga ya ??? ^_^). Maksud ana….kompak dong…biar da’wah ini berhasil…Insya Allah. Amiin.
Mari…mari kita berhias…mari kita menghiasi diri kita yang kotor dan sangat lemah ini dengan sifat tawadhu’, rendah hati, selalu merasa memerlukan tambahan ilmu, butuh nasehat orang lain, merasa butuh berbagi pengalaman dan merasa saling butuh dengan sesama saudara kita dalam dunia da’wah, dalam dunia kerja, dalam keluarga…..kenapa harus demikian ???, karena memang kenyataannya kita tidak bisa berdiri dan berjuang sendiri……dan pada kenyatannya terlalu naïf jika kita merasa paling hebat, paling berjasa, paling berilmu, paling punya pengalaman….karena toh semua itu belum tentu atau bahkan bisa saja smeua itu sama sekali tidak membuat kita menjadi lebih mulia di hadapan Allah dan dihadapan semua makhluk Allah..!!. kecuali di hadapan beberapa “ekor” penjilat yang hanya membuat kita semakin terjebak dalam perasaan “takjub akan diri sendiri”…kasian deh….naduzubillah.
Ingatlah saudaraku akan firman Allah Subhanahu wa ta‘ala :
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu”. (Q.S. Aِِl-Isra: 37-38).
Saudaraku yang se-usia, yang lebih muda dan yang lebih tua dari ana yang aku cintai karena Allah (Bukan istri tua dan istri muda ya….belum saatnya…^_^), mudah-mudahan Allah memberkatimu….sungguh…sungguh coretan-coretan dari seorang sahabatmu ini, yang ilmunya sangat sedikit di banding antum, amalnya dan jasanya dalam da’wah ini sangat kecil di banding antum, atau usia dan pengalamannya pun tidak ada apa-apanya di banding antum, mudah-mudahan bisa menjadi nasehat bagi kita smeua, terutama untuk diri ana sendiri yang sangat dan selalu butuh nasehat terutama dari siapapun yang mencintai ana karena Allah sebagai saudaranya seperjuangan dalam da’wah ini.
Ana hanya bisa berharap kepada Allah Subhanahu wa ta‘ala yang membolak-balikan hati kita semua mudah-mudahan coretan-coretan ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama untuk ana pribadi….Amiiin.
Ana seratus persen sangat yakin bahwa diri ana hanyalah manusia biasa yang sangat lemah dan tidak lebih baik, tidak pula lebih pintar, tidak lebih berjasa, lebih senior, lebih ini dan lebih itu dari antum….tidak sama sekali, dan sungguh tidak ada alasan bagi ana untuk merasa lebih baik..karena toh semua kelebihan dalam diriana (kalopun ada……^_^) semua ini hanya titipan hanya ujian dan semua ini hanya milik Allah.
Kalopun ana lebih tua (duh padahal masih ngerasa jadi ABG nih….^_^)….bukan berarti ana semakin tua semakin berisi, tapi mungkin ana makin tua harusnya juga ana semakin tau diri akan keterbatasan ana sebagai manusia biasa yang memang Allah berikan kepada setiap makhluk-Nya, agar ada generasi penerus yang terus bersambung dan mengukir perjuangan da’wah ini….subhanallah.
Ana yakin bahwa diri ana atau mungkin antum adalah orang yang membutuhkan nasehat dan bimbingan orang lain, ana adalah orang yang butuh uluran tangan ketika jatuh, ana butuh senyum tulus antum untuk menyejukan hati ana yang sedang gundah gulana (khusus akhwat ga usah senyam-senyum ya…meskipun tulus…..karena ana mudah jatuh hati…he he he sssst…^_^), ana juga butuh dido’akan oleh sahabat-sahabat yang sholeh dan sholehah seperti antum semua (do’a yang baik ya…^_^), ana butuh pertolongan antum (apalagi klo dalam masalah keuangan…..he he he atau pinjem beras…^_^)…lihatlah…ana hanya manusia biasa yang lemah dan membutuhkan orang lain. Kalo antum gimana ??, sama kan seperti ana ??.
Ana sadar tidak seharusnya ana atau kita semua sombong, karena ternyata kita tidak se-hebat dan se-mempersona itu, kita ternyata tidak se-pintar dan se-berjasa itu…(imbuhan se-…..he he he emang ada pa guru ?? ^_^).
Hanya “hijab” dari Allah yang menutupi segala keburukan kita di hadapan orang-orang yang kita rendahkan, hanya rahmat Allah yang membuat kita “terlihat” oke, terlihat hebat, terlihat berjasa dengan bintang jasa yang kita terbuat dari kertas perak atau kertas emas bekas bungkus coklat yang harganya cuma lima ratus perak, terus kita tempel pake lem kertas di bahu kanan kiri di baju seragam kita….he he he…^_^, agar kita tampak seperti bintang yang berjalan…saking biar orang tau bertapa bersaaaaar jasa kita….(sampe ada yang kayak gitu ya….he he…..^_^).
Jika memang benar kita pernah berjasa atau pernah berbuat sesuatu amal baik yang sangat besaaar atau sangaat kecil dalam da’wah ini atau dalam hal apapun, semua itu semata-mata karena takdir nikmat dari Allah Subhanahu wa ta‘ala. Lalu apa yang kita banggakan….??. adakah..??? masih adakah ??.
Jadi saudaraku yang ana cintai…..Jika kita berbuat, cukup Allah yang menilainya….cukup hanya Allah yang membalas kebaikan kita yang sangat sedikit dan mengampuni dosa dan kesalahan kita yang sangat banyaaaak seperti bintang yang bertaburan di atas langit…..
Ana do’akan semua jasa antum yang se-abreg itu …(imbuhan se- lagi ya pa ^_^) mudah-mudahan Allah balas dengan balasan yang baik berupa rahmat, syurga dan ridho-Nya.
Mudah-mudahan bertambahnya usia kita dalam da’wah atau dalam sebuah lembaga bukan hanya menjadi sosok semakin rindu dan senang dikasih label atau “cap senior” yang nempel di kening kita…atau disebutkan oleh mulut-mulut kita ^_^,…karena ana khawatir orang menyangka jangan-jangan modal selama ini bukan prestasi tapi senioritas belaka yang membuat kita eksis di lingkungan da’wah atau lembaga dimana kita berjuang….tapi ana yakin semua itu ga benar, karena ana yakin begitu banyak prestasi dan kontribusi yang antum berikan dalam da’wah ini mudah-mudahan Allah membalasnya dengan syurga dan ridho-Nya amiin….tetep semangat ya..^_^.
Mudah-mudahan juga semakin bertambah usia kita harus lebih oke dalam kedewasaan berfikir, keteladanan kita “sajikan” kepada siapapun terutama kepada yang lebih muda daripada kita, kita harus memiliki kebijaksanaan yang semakin matang dalam menyikapi persoalan, kehormatan yang semakin terjaga, semakin lembut, egoisme yang semakin surut karena bertambahnya ilmu dan pemahaman, menjunjung tinggi keadilan meskipun terhadap orang yang lebih muda….hmmm…inilah senioritas yang Rasulullah dan para sahabat contohkan….subhanallah….indah bukan ???
Dan karena keteladanan dan senioritas yang positif seperti itulah yang kita harapkan, yang kita perlu contoh dan kita tegakan malah harus kita lestarikan dan kudu diperjuangkan.
Senioritas yang penuh ketealdanan seperti itu sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala :
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At Taubah : 100).
……….Dan satu lagi yang paling sulit…..sangat sulit…..kita tiru dan teladani dari kehidupan para sahabat Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam yaitu saling memberi dan menerima nasehat, kita kadang bin sering sangat sulit mau menerima nasehat dari siapapun terutama yang lebih muda, dari seseorang yang kita anggap masih berupa hanya “tunas kecil” yang masih sangat “hijau” yang berada di tengah belukar…(artinya apa ya…?? Artinya dari seseorang yang dianggap ada dan tidak adanya ga berbeda pengaruhnya…..kasian….^_^), menerima nasehat dari orang yang pokoknya terlihat keciiiiiiiiiiil sekali di hadapan kita….saking dianggap kecilnya, “suaranya” (nasehatnya) hanya dianggap bagaikan “angin pembuangan” yang keluar dari tubuh kita yang berhembus melewati hidung kita….(perumpamaan yang dipaksakan…he he he ^_^), keberadaannya hanya di pandang sebelah mata (karena pake kacamata bajak laut kali ya akh…^_^), jasanya hanya dianggap remeh....dan lain lain…bla..bla….bla….duh jangan sampe kayak gini deh…
Maha suci Allah yang melihat semua itu dan tidak ada yang tersembunyai di hadapan Allah Subhanahu wa ta‘ala, dan kita memohon kepada-Nya mudah-mudahan kita menjadi sosok hamba yang lebih baik dihadapan-Nya dan dihadapan seluruh makhluk-Nya dengan semakin rendah hatinya diri kita …amiiin.
Oh iya…pasti dalam tulisan ana ini banyak yang tersinggung (tapi kenapa tersinggung ya..?? ana ga sebut nama seseorang dan nama lembaga tertentu kok..^_^ toh ini hal bisa terjadi dengan siapapun dan dimanapun di alam manusia ini, kecuali di alam malaikat…)….duuh…punten ya…maaf lahir batin deh..(ga nunggu lebaran deh minta maafnya..he he he …^_^).
Insya Allah ga ada maksud nyindir kok, mudah-mudahan niatnya karena Allah semata, dan Insya Allah dalam rangka mewujudkan saling menasehati meskipun hasilnya ada yang tersinggung…maaf ya…punten…, seperti halnya sinetron “tokoh dan cerita hanya fiktif belaka, adapun ada kesesuaian dengan kenyataan semua itu hanya kebetulan alias kebeneran aje…”….he he he peace ya ^_^.
Mari kita ingat-ingat sekali lagi…..Kemenangan dalam jalan da’wah atau dalam sebuah lembaga da’wah ini bukan karena jasa antum belaka, bukan karena ana (apalagi ana….^_^), bukan karena sedikit dan banyaknya kita. Tapi semata-mata karena keikhlasan kita dalam berjuang dan semua berhasil karena kehendak dan pertolongan Allah Subhanahu wa ta‘ala.
Jadi…..lakukan apa yang bisa kita lakukan sedikit bermafaat lebih baik daripada banyak berbuat tapi diikuti oleh berbangga diri. Naduzubillahimindzalik”..
Dan kemenangan dalam da’wah ini bukan kemenangan satu atau dua orang, tapi untuk semua orang, baik ia berperan ataupun tidak, baik ia peduli ataupun bahkan mungkin malah menghalangi da’wah ini, tapi tetap saja kemenangan dalam da’wah ini bermanfaat bagi seluruh alam, Insya Allah. Amiin.
Karena kemenangan dalam da’wah ini adalah rahmat yang tak terhingga dan kita menginginkan semua ini segera terwujud..…..yuk berda’wah, minimal bantuin pasang hijab buat ta’lim…he he he ^_^, atau ikut hadir di majelis ta’lim…..dan lebih dulu dateng daripada ustadz…nah lho…^_^..he he he afwan….semangat ya ..^_^.
Wallahu ‘alam bishowab.
Dari sahabatmu yang sangat faqiir di hadapan Allah…
Abu Farraas Ihsaanulhaq.
“Dalam penantian lahirnya buah hatiku yang ke-2, mudah-mudahan menjadi seorang anak yang sholih/sholihah, seorang hamba Allah yang mencintai kebenaran, menegakan keadilan dan berjalan di atas dien yang lurus. Amiin”.